Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

MELATIH JIWA
Ibrahim bin Adham ra. bercerita, “Suatu hari aku berangkat untuk
menunaikan ibadah haji ke Masjidil Haram. Di tengah perjalanan tiba-tiba
cuaca dingin menyerang, maka aku pun masuk ke dalam sebuah gua untuk
berlindung. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba ada seekor harimau masuk.
Ketika harimau itu melihatku, ia berbicara, “Siapa yang menyuruhmu masuk
ke tempatku tanpa izin?” Ibrahim bin Adham menjawab, “Aku adalah
seorang pengembara, aku datang kepadamu sebagai tamu malam ini, maka
berpalinglah dariku!” Harimau tadi lalu tidur di sisiku. Semalaman pula aku
membaca al-Quran, ketika aku hendak pergi, berkatalah harimau tadi, “Hai
Ibrahim, jauhilah sifat Ujub! Dalam hati kamu berkata, ‘Aku pernah tidur
dengan seekor macan selama tiga hari dan aku selamat.’ Demi Allah
sesungguhnya sudah tiga hari aku belum makan, andaikan kamu datang
bukan sebagai tamu, tentu aku telah memakanmu.” Aku pun bersyukur, lalu
aku pergi. Ketika aku telah menyelesaikan ibadah hajiku dan pulang ke
tempat peribadatanku, seketika nafsuku menginginkan buah delima, padahal
sejak sepuluh tahun lamanya keinginan itu kutahan. Pada suatu malam
nafsuku berbisik, “Apabila kamu tidak mau menuruti keinginanku, maka aku
akan malas beribadah.” Aaku pun menjawab, “Wahai nafsu! Kuatkanlah
dirimu, apabila nanti memasuki kota maka aku akan memenuhi keinginanmu.”
Maka terdoronglah aku untuk pergi menuju suatu daerah yang di sana
ada sebuah pohon. Aku pun mendekati pohon itu, ternyata itu adalah pohon
delima dan buahnya banyak. Maka aku memetik satu buah, lalu kumakan,
ternyata rasanya pahit. Aku petik satu lagi, ternyata juga pahit. Entah sampai
berapa butir yang aku makan, namun semua rasanya pahit. Sementara
nafsuku berkata, “Aku menginginkan delima yang manis.” Kemudian aku
pergi menuju keramaian orang, dan bertemu seseorang di kebunnya. Lalu
aku minta padanya sebutir delima, diapun memberiku satu butir, ternyata
rasanya juga pahit. Aku pun menceritakan kisahku padanya, lalu dia berkata,
“Wahai Ibrahim, sebenarnya nafsu itu menuruti apa kehendakmu, demi Allah
aku berada di kebun ini selama empat puluh tahun dan tak satupun buahnya
kecuali manis rasanya.” Mendengar ucapanya aku pun merasa aneh.
Kemudian aku meneruskan perjalananku, lalu bertemu dengan seorang
pemuda yang mendapatkan cobaan dari Allah, pemuda tersebut dikerubuti
kumbang, tubuhnya penuh dengan ulat kecil, sementara dia berkata, “Al
hamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberiku kesembuhan dari
sakit yang diderita kebanyakan manusia.” Kagetlah aku mendengar
ucapanya, dia menerima cobaan seperti itu tetapi masih sanggup memuji
Allah, aku pun bertanya padanya, “Hai anak muda, cobaan apakah yang lebih
berat dari hal ini?” Dia memandang ke arahku dan berkata, “Wahai Ibrahim!
Gigitan kumbang pada seluruh tubuh itu lebih baik dari pada menuruti
keinginan syahwat memakan delima, akan tetapi Tuhan tahu bahwa
sebenarnya kau adalah orang yang berusaha menolak keinginan itu maka
sesuatu yang manis dijadikan pahit bagi kamu.” Setelah itu aku jatuh
pingsan. Ketika aku tersadar, aku berkata padanya, “Anak muda! Dengan
derajat yang tinggi ini, mengapa kamu tidak mohon kepada Allah untuk
menyembuhkanmu?” Anak muda berkata, “Hai Ibrahim! Allah adalah Dzat
Yang Maha Mengatur, Dia memutuskan dan melakukan sesuatu sesuai
kehendak-Nya. Banyak sekali orang yang bersabar terhadap cobaan Allah
dan ridha kepada Qadha Allah. Demi Allah wahai Ibrahim, andaikan Allah
mencincangku sepotong demi sepotong, niscaya hal itu tidak akan
memberikan tambahan padaku kecuali rasa cinta kepada-Nya.” Akhirnya
aku pun meninggalkan pemuda itu dengan perasaan kagum akan keadannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar