Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KEUTAMAAN HARI ASYURA’
Pada suatu hari, tepatnya hari Asyura’ datanglah seorang pengemis faqir
kepada Qadhi (hakim), lalu berkata, “Semoga Allah memuliakanmu, aku
adalah orang miskin dan memiliki keluarga. Aku datang kepadamu karena
mengharap belas kasih. Demi kemuliaan hari ini, berilah aku sepuluh kati
roti, sepuluh kati daging, dan uang dua dirham agar aku bisa mengenyangkan
keluarga dan anak-anakku untuk hari ini. Semoga Allah membalas
kebaikanmu!” Sang Qadhi berjanji akan memberinya nanti pada waktu
Zhuhur. Ketika tiba waktu Zhuhur, pengemis tadi mendatangi rumah Qadhi
lagi sesuai apa yang dijanjikan. Maka Qadhi menjanjikan lagi pada pengemis
agar datang lagi setelah Ashar. Ketika Ashar tiba, pengemis mendatangi
rumah Qadhi lagi, sementara anak-anaknya di rumah kesakitan menahan rasa
lapar. Akan tetapi kali ini pun Qadhi kembali memberi janji pada si pengemis
agar datang lagi pada waktu magrib. Ketika waktu magrib tiba, datanglah si
pengemis pada Qadhi, tetapi Qadhi tidak menepati janjinya, dia malah
berkata, “Aku tidak memiliki sesuatu pun untuk aku berikan padamu.”
Kemudian si pengemis pulang dengan hati yang hancur, ia menangis karena
menghawatirkan anak-anaknya, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan
mereka. Dia pun berjalan sambil terus menangis, ternyata ada seorang
Nasrani yang memperhatikanya. Bertanyalah si Nasrani, “Kenapa engkau
menangis?” “Jangan tanya keadaanku,” jawab pengemis. “Demi Tuhan! Aku
mohon padamu, beritahukan padaku apa yang terjadi padamu?” Maka si
pengemis tadi menceritakan kisahnya. Lalu si Nasrani bertanya, “Hari ini
hari apa menurut agamamu?” “Ini adalah hari Asyura”, jawab pengemis
sambil dia juga menjelaskan beberapa keberkahan hari Asyura. Mendengar
penjelasan si pengemis, maka luluhlah hati si Nasrani tadi, kemudian ia
memberi pengemis tadi melebihi apa yang dimintanya pada Qadhi, katanya,
“Ambillah ini untukmu! Dan aku akan menanggung keluargamu setiap
bulan, demi memuliakan hari ini, hari yang diagungkan Allah.” Setelah itu,
pulanglah si pengemis ke rumah menemui anak dan keluarganya dengan hati
yang riang gembira. Melihat ayah mereka pulang, bergembiralah anakanaknya.
Lalu si pengemis berdo’a, “Ya Allah, berilah kebahagian dengan
segera kepada orang yang telah memberi kebahagiaan pada kami!” Malam
hari ketika Qadhi sedang tidur, dia mendengar suara yang ditujukan
kepadanya, “Angkat kepalamu!” Maka dia pun mengangkat kepalanya, lalu
dia melihat dua buah bangunan yang megah yang terbuat dari emas dan
perak. Qadhi bertanya, “Tuhan, untuk siapakah bangunan ini?” Maka
dijawab, “Bangunan itu adalah untukmu, apabila kamu memenuhi keinginan
pengemis tadi; tetapi karena kamu menyia-nyiakanya, maka bangunan itu
menjadi miliknya orang Nasrani.” Tiba-tiba Qadhi bangun dengan guratan
kekecewaan di wajahnya, lalu ia mengunjungi orang Nasrani tadi dan
bertanya, “Kebaikan apa yang telah kamu lakukan tadi malam?” “Mengapa
kamu bertanya begitu?” si Nasrani balik bertanya. Qadhi pun menceritakan
tentang mimpinya, lalu ia berkata pada si Nasrani, “Juallah padaku kebaikan
yang kamu lakukan tadi malam dengan harga seratus ribu dirham!” Si
Nasrani menyahut, “Aku tidak akan menjualnya walaupun dunia ini di
penuhi emas. Akan tetapi saksikanlah! Mulai saat ini aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.” Allah
telah menutup akhir hidupnya dengan kebaikan dan mematikannya dalam
keadaan meyakini kalimah syahadah. Semoga Allah merahmati kehidupannya
dan menjadikan surga sebagai tempat tinggalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar