Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KEUTAMAAN ILMU DAN MENCINTAI AHLI ILMU
Ka’ab Al-Ahbar bercerita, “Sesungguhnya Allah menghitung amal
seorang hamba. Apabila amal buruknya lebih berat daripada amal baiknya,
maka ia diperintahkan masuk neraka. Ketika hamba tersebut dibawa ke
neraka, Allah memerintahkan malaikat Jibril, “Susullah dia dan tanya,
apakah ia pernah duduk di majlis orang alim ketika di dunia? Maka Aku
akan mengampuninya melalui syafaat orang alim itu.” Jibril pun bertanya
padanya, dan hamba itu menjawab, “Tidak.” Jibril pun melapor, “Wahai
Tuhan, sesungguhnya Engkau lebih tahu bahwa hamba-Mu itu menjawab
‘tidak’. Allah memerintahkan lagi, “Tanyalah, apakah ia mencintai orang
alim.” Setelah ditanya oleh Jibril, ia pun menjawab “tidak.” Allah
perintahkan lagi, “Tanyalah apakah ia pernah duduk bersama orang alim
dalam jamuan makan?” Orang itu pun menjawab, “Tidak.” Allah perintahkan
lagi, “Tanyalah, apakah ia pernah tinggal di sebuah tempat yang disitu ada
orang alim?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Allah berfirman lagi, “Tanyalah,
apakah namamu sama dengan nama orang alim, atau sama dengan keturunan
orang alim?” Ia menjawab, “Tidak.” Allah berfirman, “Tanyalah, apakah ia
cinta kepada seseorang yang mencintai orang alim?” Ia menjawab, “Ya.”
Lalu Allah memerintahkan pada Jibril, “Ambillah ia dan masukkan ke surga!
Karena Aku telah mengampuninya disebabkan hal itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar