Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KEADAAN ORANG-ORANG YANG SAMPAI KEPADA ALLAH
Dzun Nun al-Mishri bercerita, “Dahulu aku mempunyai seorang
keponakan perempuan yang ahli ibadah kepada Allah Swt.. Pada suatu ketika
aku kehilangan dia selama satu bulan, aku tidak tahu di mana ia berada.
Siang malam aku memohon kepada Allah melalui shalat malam dan puasa,
lalu aku bermimpi ada suara gaib yang memberitahu aku, “Sesungguhnya
orang yang kamu cari itu berada di tengah padang.” Aku berkata,
“Subhaanallaah! Bagaimana ia bisa berada di sana?” Kemudian aku
membawa air dan perbekalan selama sepuluh hari untuk mencarinya. Tetapi
aku tetap tidak menemukannya, aku merasa putus asa, sementara air dan
perbekalanku sudah habis, maka aku memutuskan untuk kembali besok.
Ketika aku tidur, tiba-tiba ada seseorang yang menggerak-gerakkan tubuhku,
lalu aku terbangun dan ternyata keponakanku sudah berdiri dan tertawa di
sisiku. Dia berkata padaku, “Wahai tamu hati, apa yang ada di punggungmu
ini?” Aku menjawab, “Aku telah kehilangan kamu satu bulan.” Keponakanku
bercerita, “Wahai paman! Demi Allah suatu hari aku sedang beribadah di
dalam mihrabku (kamar khusus untuk ibadah), tiba-tiba terbetik dalam hatiku
bahwa Tuhan Yang Menguasai langit, bumi, daratan, lautan, kesunyian, dan
keramaian adalah Esa. Lalu aku berkata, “Sungguh aku ingin beribadah
kepada Allah selama satu bulan di tempat yang sunyi dan satu bulan di
keramaian, agar aku bisa mengetahui kemulyaan dan kekuasaan Allah. Maka
aku masuk ke padang ini sejak empat puluh hari yang lalu, sehingga aku
dapat melihat Sembahanku dengan mata keyakinan, Dia telah mencukupi aku
dari semua makhluk.” Sesaat keponakanku itu menangis, lalu diam. Sedang
ketika itu aku sangat lapar, sehingga aku ingin bertanya padanya, dari mana
ia mendapat makanan. Sebelum sempat aku bertanya, dia terlebih dulu
berkata, “Paman, kelihatannya paman sangat lapar.” “Ya,” jawabku. Lalu
sambil menengadah ke langit ia pun berdo’a, “Tuhan sesungguhnya
pamanku sedang kelaparan, dan ia senang melihat keadaanku di sisi-Mu!”
Belum sempat ia menyelesaikan doa’nya, tiba-tiba langit mencurahkan hujan
yang airnya lebih putih daripada salju. Aku pun segera minum, hingga
merasa kenyang. Lalu aku bertanya, “Wahai keponakanku! Ini adalah Manna
(minuman sejenis madu yang diberikan Allah kepada ummat Musa), lalu
mana Salwanya (sejenis daging burung yang enak dimakan)?” Dia berkata,
“Salwa itu datangnya setelah Manna.” setelah itu akupun melihat salwa yang
banyak turun dari langit. Aku pun berkata, “Demi Allah! Janganlah engkau
meninggalkan aku sehingga aku menjadi salah satu dari orang-orang yang
diridhai Allah (para waliyullah).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar