Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

TABAH MELAKSANAKAN TAAT
Seorang yang shalih bercerita, “Ketika aku sedang berthawaf di Baitullah
aku mendapati seorang laki laki yang sedang sujud. Dalam sujudnya ia
berkata, “Ya Tuhanku, apa yang telah Engkau lakukan mengenai urusan
hamba-Mu yang terhalang ini?” Ketika aku melewatinya lagi, dia masih
mengucapkan kata-kata itu. Setelah aku menyelesaikan thawaf, dan ia telah
menyelesaikan sujudnya, aku menghampirinya dan bertanya tentang
ucapanya itu. Dia menjawab, “Ketahuilah, dulu aku dan pasukanku pernah
menyerang dan menggegerkan negeri Rum. Komandan pasukan kami
mengumpulkan seluruh pasukan lalu membawanya ke Rum, lalu dia memilih
sepuluh orang prajurit berkuda termasuk aku untuk dijadikan mata-mata.
Lalu kami memasuki suatu hutan, dan di sana kami mendapati sekitar enam
puluh tentara kafir. Sedagkan di arah yang lain kami mendapati sekitar enam
ratus tentara kafir. Kemudian kami pulang melapor pada komandan kami.
Setelah itu komandan mengirim pasukan muslimin untuk menyerang dan
menangkap pasukan kafir tadi. Komandan berkata, “Kalian semua orang
yang diberkahi, besok kalian pergilah lagi untuk melaksanakan tugas sebagai
mata-mata!” Ketika malam sudah gelap, seperti biasa kami melaksanakan
tugas kami sebagai mata-mata. Saat menjalankan tugas itu kami bertemu
dengan seribu pasukan kafir, lalu mereka menangkap dan menawan kami.
Kami di bawa ke hadapan raja Rum, kemudian raja memerintahkan agar
kami dipenjara.
Suatu ketika sampailah kabar kepada raja, bahwa pasukan kaum
muslimin telah membunuh para tawanan mereka yakni orang-orang Rum,
dan di antara para tawanan itu ada saudara sepupu raja Rum. Dikarenakan hal
itu, raja merasa sedih yang amat dalam. Sehingga ia memerintahkan untuk
menyiksa kami. Lalu mereka menutup mata kami. Orang yang berdiri di
samping raja berkata, “Sesungguhnya penyiksaan dengan menutup mata
terlalu ringan bagi mereka. Buka saja mata mereka agar mereka melihat
penyiksaan mereka satu sama lain. Yang demikian itu tentu lebih
menyakitkan bagi mereka. Lalu mereka membuka mata kami, aku melihat
orang yang berdiri disisi raja itu mengenakan pakaian sutra yang di hiasi
emas, dia adalah orang muslim diantara kami yang murtad lalu berpihak pada
orang kafir. Karena sakit yang kurasakan aku tidak kuasa berbicara
dengannya. Lalu aku tengadahkan wajahku ke atas, tiba-tiba aku melihat
sepuluh bidadari yang masing-masing membawa nampan dan sapu tangan, di
atas bidadari terdapat sepuluh pintu di langit yang terbuka. Maka mulailah
algojo membunuh kami satu persatu. Ketika algojo membunuh salah seorang
dari kami, turunlah satu bidadari mengambil ruhnya, membungkusnya
dengan sapu tangan kemudian diletakkan diatas nampan lalu dibawa masuk
ke salah satu pintu yang ada di langit itu. Aku adalah orang terakhir yang
akan dibunuh, ketika tiba giliranku, mendekatlah bidadari itu untuk
mengambil ruhku seperti yang telah dilakukan kawan-kawannya. Akan tetapi
saat algojo akan mengayunkan pedangnya, tiba-tiba orang yang ada di
samping raja tadi berkata, “Wahai tuan raja, kalau tuan membunuh
semuanya, lalu siapa yang akan memberitahu tentang kematian mereka pada
pasukan kaum muslimin? “Lepaskanlah orang ini, agar ia memberitahukan
pada orang-orang Islam!” Maka sang raja pun tidak jadi membunuh aku.
Dalam pada itu, berpalinglah bidadari tadi sambil berkata, “Kamu orang
yang terhalang, kamu orang yang terhalang.” Karena itulah aku bersimpuh
disini dan berdoa, “Ya Tuhan, apa yang telah Engkau lakukan mengenai
orang yang terhalang ini?” Tuhan menjawab, “Jangan putus asa! Anugrah
Allah itu sangat luas.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar