Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

SEMUA KEMBALI PADA ASALNYA
Seorang Badui bercerita, “Pada suatu ketika aku bepergian, tatkala
malam datang, kegelapan menyelimutiku sehingga aku tersesat dan akhirnya
aku mendapati sebuah kemah. Di dalam kemah ada seorang wanita yang dari
tadi mengawasiku, lalu wanita itu bertanya, “Siapakah anda?” “Aku seorang
tamu,” jawabku. “Apa yang dilakukan tamu di sini? Sesunguhnya padang
sahara masih luas.” Maka ia menggiling gandum, mengadoninya,
menjadikannya roti, lalu duduk dan memakannya. Ketika dia sedang asyik
makan datanglah suaminya sambil membawa susu. Suaminya bertanya,
“Siapakah lelaki ini?” “Dia seorang tamu,” jawabku. “Selamat datang,
semoga bahagia.” Lalu ia memberiku segelas susu. “Mungkin anda belum
makan?” lanjutnya. “Belum sama sekali, demi Allah!” Maka lelaki itu masuk
menemui istrinya sambil marah-marah, katanya, “Celakalah kamu! Kamu
sendiri enak-enak makan, sedangkan tamu kita tidak diberi makan.” “Apa
yang harus saya lakukan padanya, demi Allah aku tidak mau memberikan
makananku padanya,” jawab istrinya. Lama mereka berdebat sampai
akhirnya si suami melukai kepala istrinya. Kemudian ia keluar menuju unta,
lalu menyembelihnya. Setelah itu ia menyalakan api dan memanggang
dagingnya, lalu menghidangkannya untukku. Ia berkata, “Demi Allah, tamu
yang menginap di rumahku tidak boleh lapar.” Kemudian ia pergi
meninggalkanku, ketika ia kembali ia membawa seekor unta. Orang pasti
akan malu menawarnya, karena unta itu sangat bagus. Dia berkata padaku,
“Ambilah unta ini sebagai ganti untamu!” Dia pun memberiku bekal berupa
roti dan sisa daging unta semalam. Aku terus melanjutkan perjalananku.
Ketika malam tiba aku menginap lagi di perkemahan seorang Badui. Istri
Badui tadi melihatku dan bertanya, “Siapakah anda?” “Aku seorang tamu,”
jawabku. “Selamat datang! Semoga menyenangkan,” katanya dengan ramah
ia menyambutku. Lalu ia mengambil gandum, menggilingnya, mengadoninya,
dan menjadikannya roti. Ia juga menuangkan air susu, mentega, dan
ayam panggang, lalu semuanya dihidangkan padaku. “Makanlah seadanya,
mohon maaf hanya ini yang kami miliki,” katanya basa-basi. Ketika saya
sedang makan datanglah suaminya dan bertanya, “Siapa laki-laki ini?” “Saya
adalah tamu” jawabku. “Apa yang dilakukan seorang tamu disini?”
lanjutnya. Kemudian ia masuk kedalam menemui istrinya, ia bertanya, “Di
mana makananku?” “Saya hidangkan untuk tamu, “jawab istrinya. “Siapa
yang menyuruhmu memberikan makananku pada tamu?” lanjutnya dengan
marah. Lama mereka bertengkar sampai akhirnya sang suami memukul
kepala istrinya hingga luka. Aku pun tertawa, lalu sang suami keluar
menemuiku dan bertanya padaku, “Apa yang membuatmu tertawa?” Lalu
aku menceritakan kejadian sebelumnya yang aku alami kemarin. Sang suami
pun berkata, “Wahai Badui pengelana! Wanita yang kamu temui kemarin
adalah saudara perempuanku, sementara suaminya adalah saudara istriku
ini.” Mendengar penjelasannya, bertambahlah ketakjubanku akan peristiwa
yang aku alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar