Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

MEMBERI NASEHAT DENGAN BIJAK
Dahulu ada seorang raja kafir, ia mempunyai seorang wazir (menteri)
yang saleh. Sang wazir selalu mencari kesempatan untuk menasehati raja.
Pada suatu malam raja mengajak sang wazirnya berkeliling melihat keadaan
rakyatnya, lalu keduanya berkeliling dengan naik kuda. Lalu keduanya tiba
di sebuah tempat yang menyerupai bukit kecil. Di tempat itu ada cahaya api,
mereka pun lalu mendatanginya, ternyata di situ ada sebuah rumah yang di
dalamnya terdengar suara nyanyian sambil diiringi alat musik. Raja dan
wazir juga melihat di dalam rumah itu ada seorang lelaki yang berpakaian
lusuh sambil bersandar pada tumpukan kotoran ternak, sedang di hadapannya
ada kendi berisi minuman. Dan di hadapannya pula ada istrinya yang
melayaninya layaknya seseorang yang melayani raja, dan sebaliknya ia pun
memberi penghormatan kepada istrinya layaknya seseorang memberi
penghormatan kepada seorang ratu. Berkatalah sang raja, “Mungkin mereka
melakukan hal itu tiap malam.” Saat itulah sang wazir berkesempatan untuk
menasehatinya, lalu sang wazir berkata pada raja,“Tuan raja! Saya takut anda
akan tertipu seperti mereka berdua.” Sang raja bertanya, “Bagaimana bisa
begitu?” Wazir menjawab, “Tuan raja! Sesungguhnya kerajaanmu dalam
pandangan orang yang mengetahui kerajaan Malakut (kerajaan Allah)
bagaikan sampah ini dalam pandangan tuan, demikian juga sofa-sofa dan
istana-istana tuan. Sesungguhnya jasad dan pakaian tuan bagi orang yang
memahami arti kebersihan itu laksana kedua orang itu dalam pandangan
tuan.” Raja bertanya, “Siapakah orang yang memiliki sifat yang engkau
katakan tadi?” Wazir menjawab “Mereka adalah orang memiliki keyakinan
bahwa ada tempat yang di situ hanya ada kebahagiaan tidak ada kesusahan,
hanya ada cahaya tidak ada kegelapan, hanya ada ketenangan tidak ada
ketakutan.” Berkata sang raja, “Apa yang menghalangimu untuk mengatakan
hal ini sebelumnya?” “Karena takut akan kewibwaan tuanku,” jawab wazir.
Raja berkata, “Kalau memang apa yang kamu katakan itu benar, maka sudah
seharusnya siang dan malamku saya gunakan untuk mendapatkan hal itu.”
Wazir berkata, “Apakah tuan memerintahkan saya untuk mencarikannya?”
“Ya,” jawab raja. Setelah beberapa hari datanglah sang wazir dan berkata,
“Tuan, saya telah menemukan apa yang tuan cari pada bait-bait yang tertera
di pusara ayah paduka.” Raja bertanya, “Apakah bait-bait itu?” Wazir pun
membacakan bait-bait tersebut:
Adakah kamu buta tentang dunia
padahal kamu melihat
Dan kamu tak tahu apa yang ada di dalamnya
padahal kamu telah diberitahu
Sejak pagi kamu telah memulai menumpuknya
seolah-olah kamu akan kekal selamanya
padahal esok lusa kamu akan pergi
meninggalkan apa-apa yang telah kamu kumpulkan itu
Kamu buat bangunan yang tinggi nan megah
padahal rumah masa depanmu adalah kuburan yang sempit
Maka berbuatlah semadyanya apa yang ingin kau perbuat
karena rumah orang-orang mati adalah kuburan
Ketika sang raja mendengar bait-bait sya’ir tersebut, maka iapun
segera bertaubat kepada Allah, dan masuk Islam dengan sungguh-sungguh.
Dan itulah yang menyebabkan ia selamat dari api neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar