Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KISAH KHIDHIR
Diceritakan bahwa suatu ketika Khidhir as. sedang duduk di pinggir
pantai, tiba-tiba datanglah seorang pengemis, lalu berkata, “Atas nama Allah
aku mohon padamu, berilah aku sesuatu!” Mendengar hal itu pingsanlah
Khidlir. Ketika telah sadar, ia berkata pada pengemis tersebut, “Aku tidak
memiliki apa-apa selain diriku sendiri, sementara engkau meminta padaku
atas nama Allah, karena itu aku serahkan diriku padamu. Jualah diriku, lalu
ambillah pembayaranya untuk keperluanmu!” Pengemis tersebut kemudian
pergi membawa Khidhir ke pasar dan menjualnya pada seseorang yang
bernama Sahim bin Arqam, lalu Sahim membawa Khidhir ke rumahnya.
Sahim memiliki taman di belakang rumahnya, dan di taman itu ada sebuah
bukit. Kemudian Sahim memberikan pahat pada Khidhir serta menyuruh
Khidhir agar membuat terowongan yang menembus bukit di taman tersebut.
Panjang terowongan itu kira-kira satu farsakh. Setelah membawa Khidhir ke
taman itu, Sahim pun pergi untuk melaksanakan aktifitas hariannya seperti
biasa, sementara Khidhir melaksanakan tugasnya membuat terowongan.
Ketika Sahim pulang dari aktifitasnya, ia bertanya pada keluarganya,
“Apakah kalian sudah memberi makan budak itu?” “Budak yang mana? Aku
tidak tahu kalau ada budak”, jawab keluarganya. Sahim pun segera
membawakan makanan untuk Khidhir. Ketika ia sampai di belakang rumah,
didapatinya pekerjaan yang dibebankan pada budaknya itu sudah selesai,
terowonganya pun sudah tembus. Melihat hal itu ia hampir pingsan, lalu
bertanya, “Beritahu aku! Siapakah engkau?” Khidhir menjawab, “Aku adalah
hamba Allah dan hambamu.” Sahim bertanya lagi, “Demi Allah, beritahulah
aku! Siapa sebenarnya kamu?” Mendengar itu, Khidhir pingsan untuk
beberapa saat. Ketika ia sadar, berkatalah ia pada Sahim, “Aku adalah
Hidhir.” Mendengar jawaban itu, kini Sahim yang tak sadarkan diri. Ketika
ia sudah sadar, ia pun bertaubat, memohon ampun kepada Allah dan berdo’a
“Wahai Tuhanku! Janganlah engkau menyiksaku disebabkan hal itu, karena
sesungguhnya aku tidak tahui bahwa ia adalah Nabi-Mu.” Khidlir pun
kemudian bersujud dan. Berdo’a, “Wahai Tuhan! Karena-Mu aku menjadi
hamba sahaya, dan karena-Mu pula kini aku bebas.” Khidhir kemudian
meminta izin untuk pulang kembali ke pinggir pantai. Ketika sampai di
pinggir pantai didapatinya seorang lelaki yang sedang berdo’a di pinggir
pantai, “Wahai Tuhan! bebaskanlah Khidhir dari kehambaannya dan
terimalah taubatnya.” Khidhir pun bertanya, “Siapakah kamu?” “Aku
Syadun,” jawabnya. “Aku Khidhir,” sahut Khidhir juga. Syadun berkata,
“Wahai Khidhir, kamu mencari dunia, lalu kamu mengambilnya sebagai
tempat tinggal, yakni Khidhir memiliki sebuah mushala di pinggir pantai,
apabila ia ada di daratan maka ia beribadah di mushalla itu. Ia pun menanam
pohon di tempat itu, kemudian ia beribadah di bawah bayang-bayang pohon
itu. Lalu ada suara gaib menyeru, “Wahai Khidhir! Ketika kamu sujud kamu
lebih cinta dunia daripada akhirat. Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, Aku
tidak meridhai orang yang mencintai harta dunia.” Khidhir kemudian berkata
pada Syadun, “Hai Syadun! Mohonlah kepada Allah agar Allah menerima
taubatku.” Syadun pun berdo’a, kemudian Allah menerima taubat Khidhir
melalui do’a Syadun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar