Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KETEGUHAN SAHABAT NABI SAW
Ketika Qais bin Harsyah datang menghadap Nabi, dia berkata, “Wahai
Rasulullah, aku berbai’at padamu, untuk menaati segala apa pun yang datang
dari Allah melaluimu, dan aku tidak akan berbicara kecuali yang hak
(kebenaran).” Nabi saw. bersabda kepadanya, “Mungkin suatu masa
sepeninggalku nanti kamu akan mendapati para pemimpin yang mana kamu
tidak mampu mengatakan kebenaran di hadapan mereka.” “Derni Allah, aku
tidak akan berjanji kepadamu kecuali aku menepatinya,” lanjut Qais. “Kalau
memang begitu, maka manusia tidak akan dapat menyalitimu.” Qais adalah
orang yang mencela Ziad dan anaknya, karena keduanya telah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan syari’at Islam, berbuat zhalim, dan
kejahatan lainnya. Lalu terdengarlah kabar tersebut ke telinga Ubaidillah bin
Ziad, lalu Ubaidillah mengutus seseorang agar menghadapkan Qais padanya.
Qais pun dibawa ke hadapan Ubaidillah, lalu ditanya, “Kamukah orang yang
melakukan kebohogan atas nama Allah dan utusan-Nya?” “Bukan, tetapi bila
kamu ingin mengetahuinya aku kan memberitahu,” jawab Qais. “Baiklah,
katakan siapa dia?” perintah Ubaidillah. “Dia adalah orang yang tidak mau
mengamalkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya,” jawab Qais menjelaskan.
“Siapakah yang melakukan seperti itu?” tanya Ubaidillah lagi. “Kamu, orang
tuamu, dan orang yang kamu angkat sebagai pemimpin,” jawab Qais.
“Kamukah orang yang mengatakan bahwa manusia tidak akan
mempengaruhi prinsipmu?” tanya Ubaidillah marah. “Ya,” jawab Qais. “Hari
ini akan kutunjukkan bahwa kamu adalah seorang pendusta, “Penjaga
panggilkan algojo!” perintah Ubaidillah. Ketika para prajurit mendatangkan
algojo, berkatalah Qais, “Demi Allah tidak ada alasan kamu menghukum
saya.” Setelah berkata demikian ia menoleh, lalu para prajurit menggerakgerakan
tubuhnya, ternyata ia telah wafat. Benarlah apa yang disabdakan
Nabi saw. (bahwa tiadaseorang pun yang akan menyakiti dirinya).
Suatu ketika Qais pernah berjalan bersama Ka’ab Ahbar. Keduanya
berjalan sampai di Shifin. Ka’ab Ahbar berhenti sejenak, memandang
sekelilingnya lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allah, sungguh kelak di
tempat ini akan mengalir darah orange-orang beriman yang belum pernah
terjadi sebelumnya.” Mendengar pernyataan itu, Qais marah dan bertanya,
“Apa yang kamu ketahui hai Abu Ishak, ini adalah perkara yang hanya
diketahui oleh Allah?” “Tak sejengkal tanah pun yang tidak tertulis dalam
Taurat yang diturunkan pada nabi Musa as. yakni setiap peristiwa yang akan
terjadi sampai kiamat,” jawab Ka’ab Ahbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar