Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010

KAROMAH (II)
Seseorang bercerita, “Suatu hari aku berlayar bersama rombongan para
pedagang. Tiba-tiba kapal yang kami tumpangi dihantam angin dan ombak
besar, sehingga goncanglah kapal tersebut, dan kami semua merasa sangat
ketakutan. Sementara di sudut kapal ada seorang lelaki yang mengenakan
pakaian dari kulit. Ombak pun tak henti-hentinya menghantam kapal sampaisampai
air laut masuk ke dalam kapal, sehingga beban kapal bertambah
berat. Kami sudah putus asa mengenai keselamatan jiwa dan harta kami.
Tiba-tiba lelaki tadi keluar dari kapal, lalu berdiri mengerjakan shalat di atas
air. Kami berkata padanya, “Wahai kekasih Allah, tolonglah kami.” Tetapi ia
tidak menoleh kepada kami. Kami pun berteriak lagi, “Demi Dzat Yang
memberimu kekuatan untuk beribadah kepada-Nya, tolonglah kami!” Maka
ia menoleh dan berkata, “Apa yang terjadi pada kalian?” Ternyata selama ini
ia tidak melihat musibah yang sedang menimpa kami. Kami balas bertanya,
“Apakah engkau tidak melihat badai yang menghantam kapal ini?” Dia
berkata, “Mendekatlah kalian semua kepada Allah!” “Dengan cara apa kami
mendekat?” Tanya kami. “Dengan meninggalkan harta benda,” jawabnya.
“Sudah kami lakukan”, jawab kami. Dia berkata, “Keluarlah kalian semua
dari kapal dengan menyebut nama Allah!” Maka kami pun keluar satu
persatu dari kapal dan kami berjalan di atas air di sisi lelaki tadi. Untuk
beberapa waktu kami tetap ada di atas air. Jumlah kami saat itu kira-kira dua
ratus orang atau lebih. Kemudian kapal tadi tenggelam beserta seluruh
barang dan harta benda yang ada di dalamnya. Lelaki tadi berkata, “Sekarang
kamu telah terbebas dari kesulitan duniawi, maka bubarlah kalian.” Kami
bertanya, “Demi Allah, siapakah anda?” “Aku adalah Uwais al-Qarni”,
jawabnya. Kami katakana, “Sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam
tadi terdapat bahan makan untuk orang fakir di kota Madinah yang dikirim
dari Mesir.” Lalu Uwais berkata, “Jika Allah berkenan mengembalikan harta
kalian, maukah kalian membagikannya kepada orang-orang fakir di kota
Madinah?” “Ya”, jawab kami. Maka Uwais melakukan shalat lagi dua rakaat
di atas air, lalu berdoa dengan suara yang tak terdengar. Selesai berdoa, tibatiba
muncullah kapal tadi ke permukaan laut dengan segala yang ada di
dalamnya. Kami pun segera naik ke kapal, sementara itu kami tidak melihat
Uwais lagi. Kemudian kami melanjutkan pelayaran ke kota Madinah dan
berlabuh di sana serta membagi-bagikan harta kami pada orang-orang fakir
kota tersebut, sehingga tidak ada lagi di Madinah seorang faqir pun selamalamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar